Ya sudah begini, mau gimana lagi?
Tidak semua apa yang kita inginkan akan benar-benar sesuai dengan kenyataan, kan?
Pernah ada di satu titik dimana diri sudah berekspetasi tinggi, mengatur segalanya dengan baik, memperhitungkan semua kemungkinan yang akan terjadi. Tapi ya, balik lagi, namanya juga manusia.
Pernah juga ada di satu titik dimana selalu mempertanyakan keberadaan tuhan dan bagaimana mekanisme agar tuhan berpihak kepada diri ini. Tapi ternyata, pikiran ini yang terlalu jauh sampai mempertanyakan keberadaan tuhan padahal hanya seorang mahluk yang penuh dosa.
"Tuhan tidak pernah tidur", katanya.
Ya memang, karena dia tuhan. bukan manusia sepertiku.
Kekejaman selalu datang. Satu-satu dihadapi dengan langkah yang tertatih-tatih karena luka sisa peperangan yang kemarin saja belum terobati. Berbagai masalah datang. Entah yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Sampai sadar, bahwa ternyata aku masih hidup dan baik-baik saja sampai hari ini.
Dengan satu kata yang membuatku tertampar sebegitu nyatanya. "Bersyukur"
Iya, semua lelah pada hidup rasanya akan begitu berarti dengan kata itu. Menerima segala yang ada. Baik pada kekurangan, maupun pada kelebihan.
Untuk kekurangan; terima kasih banyak karena telah menyadarkan bahwa manusia bukanlah mahluk yang harus sempurna, bukan tugas kita untuk menutupi kamu demi ekpetasi yang kita bangun sendiri. Tapi kamu adalah penguat, sekaligus penampar yang paling baik bahwa sesungguhnya kamu harus diterima dan diperbaiki.
Untuk kelebihan; terima kasih juga ya, karena berkatmu keseimbangan pada diriku menjadi nyata. Kamu mengajaku mengerti bahwa keseimbangan itu memang benar adanya. Kamu membuatku tersadar bahwa manusia bukanlah mahluk biasa. Kami mampu berfikir dengan baik, kami mampu mengendalikan anggota tubuh kami, kami mampu membaca, menulis, bekerja dengan baik. Itu semua karena kamu.
Dengan menerima, semua kesalahan, penolakan, kisah masa lalu, ekspetasi-ekspetasi yang tidak dapat terwujud. Rasanya seperti hanya perlu dihadapi dengan "Ya sudah begini, mau gimana lagi?"
Kepada sang penerima. Terima kasih karena tetap keras kepala untuk mau berubah menjadi sosok yang lebih baik. Walau perjalananya seperti siput. Terima kasih karena tetap keras kepala untuk mau berjalan walau dengan kondisi jalan yang tidak sebaik yang dikira, dengan prajurit bersenjata lengkap yang seringkali menyerangmu.
Terima kasih karena masih tetap bertahan dan berjalan sampai hari ini.
Komentar
Posting Komentar