Apa aku memang se-gak layak itu ya buat dicintai?

 Bercermin setiap hari, menaikan afirmasi baik terhadap diri bahwa cinta tidak hanya memandang fisik.

Lantas darimana awal semua orang melihat pasangannya dan memutuskan untuk mencinta kalau tidak dari paras? 

Masih bercermin setiap hari, mengamati satu persatu kekurangan, sampai berkata "Aku gak sejelek itu kok untuk dicintai dan diperjuangkan sama seseorang".

Percayalah sekali lagi itu adalah serangkaian afirmasi positif untuk berusaha melupakan kekurangan yang ada pada bagaimana parasku di mata orang lain.

Hidup dengan sejuta kisah bagaimana perjuangan para sejoli ketika bertemu, saling melengkapi, saling menerima, saling memperlakukan dengan sebaik mungkin membuatku selalu bertanya "Kapan giliranku ya?"

Selalu ikut andil dalam segala kisah, pertengkaran, pengakuan rasa suka, sampai-sampai rasanya hampir hafal bagaimana yang harus dilakukan dan tidak dilakukan untuk keduanya. Pertanyaan itu datang lagi, "Kapan giliranku ya?"

Romantisasi begitu sering terdengar sampai rasanya ingin menutup telinga karena jujur saja, rasanya begitu ingin menjadi mereka. Menjalin hubungan, saling memiliki dan saling menguatkan satu sama lain. Rasanya ingin berteriak sampai suara habis untuk mengatakan bahwa manusia penyendiri ini ternyata juga ingin merasa terlindungi, merasa terpedulikan.

Sampai sekali lagi, sesuatu yang tidak kumiliki ternyata menutup semua mata.

Obsesi untuk menjalin asmara dengan orang lain adalah sesuatu yang saat ini belum kumiliki. Masa lalu yang begitu kelam, menjadikan aku hari ini sebagai sosok yang begitu ingin mendapatkan tempat perlindungan, karena semenjak dahulu, tidak ada perlindungan dari seseorang yang pernah kudapatkan. 

Kasarnya, aku selalu ada untuk diriku sendiri.

Sampai kusadari ternyata obsesi pada apa yang tidak kumiliki justru menggelapkan segalanya. Memudarkan bayang yang tidak terlihat.

Ternyata aku lupa bahwa, definisi bahwa cinta tidak hanya didapatkan melalui hubungan antara laki-laki dan perempuan atau seringkali kita menyebutnya dengan "pacaran". Lupa bahwa pengertian cinta tidak sesempit pada apa yang selalu kudefinsikan ketika melihat adegan romantis dua sejoli.

Cinta, tidak berasal dari satu hubungan. Akan ada banyak hubungan yang mengantarkanmu pada rasa cinta itu. Hubungan dengan tuhan, kedua malaikat yang selalu mengusahakan yang terbaik untukmu-kedua orangtuamu, hubungan dengan mereka yang kau temui karena adanya persamaan pemikiran-teman dekatmu, hubungan dengan sanak saudara, hubungan dengan orang-orang baik yang tidak kau ketahui siapa namanya. Terlebih lagi hubungan dengan diri sendiri.

Kalimat terakhir kemudian akan membuat kamu yang membaca ini akan berfikir, "Sudahkah aku mempunyai hubungan yang baik dengan diriku sendiri?"

Kekasih hati akan kamu temui kemudian, tapi dirimu yang menjadi rumah untuk kamu sendiri ketika semua dunia mengacuhkanmu, apakah sudah kau jalin hubungan baik dengannya?

Kalau belum, mari. 

Komentar

Postingan Populer